Lebih gampang mana: sombong atau rendah hati? Ternyata menjadi sombong itu lebih mudah. Tapi menunjukkan kerendahan hati merupakan suatu anugerah yang tak ternilai harganya. Mungkin karena latar belakang budaya atau keluarga turut membentuk watak itu.
Melanjutkan tema "Bersyukur", tiba-tiba saya jadi ingat pada kedua orang tua nun jauh di sana. Bersyukur karena mereka menanamkan prinsip kerendahan hati pada kami anak-anaknya. Ojo dumeh...katanya. Bersyukur karena saya lahir dari desa, dari keluarga sederhana yang kalau dibandingkan yang lain tidak ada yang bisa disombongkan. Sampai saat seperti sekarang, saat kita dapat berdiri di atas kaki sendiri, dengan usaha sendiri, rasa sombong akan semakin kuat menggoda. Seringkali naluri alami manusia untuk sombong ingin meledak, namun kembali kita bersyukur tatkala memori masa lalu kembali meluluhkan rasa itu.
Lalu apa ungkapan apa yang pantas untuk menyalurkan naluri alami itu? Bangga! Ya, kembali kita bersyukur karena kita bisa berbangga hati. Bangga tidak berarti sombong. Bangga bisa memenuhi harapan orang tua dan merekapun bangga akan anak-anaknya, timbal balik yang indah. Sekarang tidak ada yang perlu disombongkan tetapi ada yang bisa dibanggakan! Saya bangga menjadi anak desa, menjadi diri sendiri. Dan dengan segala kerendahan hati saya bersyukur kepada-Nya atas anugerah yang tak ternilai itu. Bahkan saya masih bangga dengan radio butut ini, tidak ada yang bisa disombongkan, jadul banget, tapi 15 tahun yang lalu dia setia menjadi bagian perjalanan hidup dan kabarnya sampai sekarang masih bisa dipakai, hehehe... Peace!
Melanjutkan tema "Bersyukur", tiba-tiba saya jadi ingat pada kedua orang tua nun jauh di sana. Bersyukur karena mereka menanamkan prinsip kerendahan hati pada kami anak-anaknya. Ojo dumeh...katanya. Bersyukur karena saya lahir dari desa, dari keluarga sederhana yang kalau dibandingkan yang lain tidak ada yang bisa disombongkan. Sampai saat seperti sekarang, saat kita dapat berdiri di atas kaki sendiri, dengan usaha sendiri, rasa sombong akan semakin kuat menggoda. Seringkali naluri alami manusia untuk sombong ingin meledak, namun kembali kita bersyukur tatkala memori masa lalu kembali meluluhkan rasa itu.
Lalu apa ungkapan apa yang pantas untuk menyalurkan naluri alami itu? Bangga! Ya, kembali kita bersyukur karena kita bisa berbangga hati. Bangga tidak berarti sombong. Bangga bisa memenuhi harapan orang tua dan merekapun bangga akan anak-anaknya, timbal balik yang indah. Sekarang tidak ada yang perlu disombongkan tetapi ada yang bisa dibanggakan! Saya bangga menjadi anak desa, menjadi diri sendiri. Dan dengan segala kerendahan hati saya bersyukur kepada-Nya atas anugerah yang tak ternilai itu. Bahkan saya masih bangga dengan radio butut ini, tidak ada yang bisa disombongkan, jadul banget, tapi 15 tahun yang lalu dia setia menjadi bagian perjalanan hidup dan kabarnya sampai sekarang masih bisa dipakai, hehehe... Peace!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar